Dini Tiara Sasmi: Lewati rasa takutmu untuk wujudkan mimpi

KataKata.id — Setelah menyelesaikan strata satu (S1), ia bekerja di salah satu perbankan BUMN di Pekanbaru, Riau. Namun tak sekadar bekerja, ia juga melanjutkan pendidikan magisternya dengan biaya sendiri. Tekadnya adalah tidak membebankan biaya pendidikan pada orangtuanya.

Bekerja sekaligus kuliah tentu memerlukan upaya yang serius, terutama membagi waktu. Senin hingga Jum’at ia bekerja di bank, dan akhir pekan dilaluinya di bangku kuliah. Tapi semua membuahkan hasil, karena selesai kuliah magister, ia kemudian dapat tawaran bekerja sebagai asisten dosen. Padahal pada saat itu ia masih bekerja di bank.

“Pada waktu itu tidak ingin merepotkan orang tua saja. saya juga bekerja di sebuah bank BUMN di Pekanbaru. Sehingga pada saat itu, hari-hari saya habiskan bekerja dari Senin hingga Jum’at dan kuliah magister di akhir pekan,” katanya saat bercerita kepada KataKata.

Dini Tiara Sasmi namanya. Ia merupakan dosen di Universitas Islam Riau. Saat ini dia menjalani program doktoral di State University New York at Binghamton (SUNY Binghamton) di New York State. Biaya kuliah didapatnya melalui beasiswa.

Dini Tiara Sasmi (Foto : Dok. Pribadi)

Dini menamatkan sarjananya di jurusan Hubungan Internasional Universitas Riau (Unri) pada 2012. Ia kemudian melanjutkan Magister pada jurusan yang sama.

“Begitu tamat magister HI Unri pada tahun 2015, saya ditawarkan sebagai asisten dosen, namun saat itu saya belum berhenti dari bank dikarenakan posisi asisten dosen yang belum jelas. Barulah pada tahun 2017, ketika saya mulai mengajar di Universitas Islam Riau, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti bekerja di bank dan fokus bekerja sebagai dosen di UIR hingga saat ini,” ungkapnya.

Berikut petikan wawancara Dini Tiara Sasmi dengan reporter KataKata.id, Rasid Ahmad:

 Setiap pekerjaan yang dijalani itu kan pasti memiliki tantangan tersendiri. Apa tantangan yang Anda hadapi selama menjadi dosen?

Sebagai dosen, saya tertantang untuk terus belajar dan mengembangkan diri agar apa yang saya berikan kepada mahasiswa bisa terus berkualitas dan bermanfaat. Setelah dua tahun menjadi dosen tetap di UIR, saya putuskan untuk melanjutkan pendidikan doktoral saya.

 Ketika sudah berada di zona nyaman dan bekerja sebagai dosen, apa sebenarnya motivasi Anda untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi?

Ada banyak faktor yang memotivasi saya untuk melanjutkan pendidikan. Selain kewajiban saya sebagai dosen, motivasi lainnya yaitu bisa memberikan yang terbaik kepada mahasiswa-mahasiswi saya. Alhamdulillah, tempat saya mengajar itu sangat mendukung saya untuk dapat melanjutkan kuliah di tempat terbaik.

Anda kan kuliah di luar negeri melalui beasiswa. Bisa diceritakan?

Jadi, pada akhir tahun 2019 itu ada buka pengumuman beasiswa Fulbright. Setelah itu saya mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti salah satu programnya, yaitu Fulbright Doctoral Degree (PhD) Scholarship.

Seluruh persyaratan mulai dari TOEFL, CV dan tulisan penelitian saya lakukan saya persiapkan. Namun, tahun 2020 merupakan tahun yang sangat berat bagi saya, apalagi di tahun itu pandemi Covid-19 mulai menular di Indonesia. Namun semua itu tidak menyurutkan langkah saya untuk berkuliah lagi. Itu saya jadikan amunisi untuk terus maju dan berjuang dalam mendapatkan beasiswa Fulbright ini.

Kabar bahagia itu datang pada bulan April saat saya dinyatakan lulus dokumentasi. Bulan September saya dinyatakan lulus wawancara dan dinyatakan sebagai candidate Fulbright. Perjuangan masih berlanjut di mana saya harus mengikuti training TOELF iBT dan GRE secara online selama sebulan lebih. Total tes TOEFL iBT dan GRE yang telah saya ikuti sebanyak tiga kali masing-masingnya, hingga akhirnya saya mendapatkan skor yang cukup baik untuk didaftarkan di kampus-kampus Amerika Serikat.

Dari lima kampus yang didaftarkan, Alhamdulillah saya lulus di dua tempat, yaitu di Claremont Graduate University di California dan State University New York at Binghamton (SUNY Binghamton) di New York State. Dengan pertimbangan matang, akhirnya saya memilih SUNY sebagi destinasi sekolah doktoral saya.

Bisa diceritakan alasan Anda memilih kampus dan jurusan tersebut?

Di kampus SUNY at Binghamton NY itu Jurusan Political Science dengan konsentrasi Hubungan Internasional. Kampus tersebut mempunyai reputasi yang baik dalam hal pendidikan interdispliner menggunakan persepektif internasional dan merupakan salah satu kampus di US yang menawarkan banyak bantuan dana riset.

Apalagi fokus penelitian, sangat berhubungan dengan beberapa riset dosen yang mengajar di sana. Ditambah juga program dan mata kuliah yang ditawarkan sejalan dengan fokus penelitian yang selama ini saya lakukan. Alasan lain, kampus ini terletak sangat dekat dengan pusat kota New York City yang merupakan kota impian saya dari dulu.

Sebagai perempuan, pernahkah anda mendapat komentar negatif atau stereotip saat memutuskan untuk melanjutkan pendidikan bahkan sampai ke luar negeri?

Saya sering sekali mendapatkan stereotip negatif mengenai perempuan yang berani mengejar mimpi-mimpinya. Ada banyak perkataan miring yang sampai ke saya setiap kali saya berhasil mencapai sesuatu. Seperti, wanita tidak perlu pintar, laki-laki takut dengan wanita berpendidikan tinggi, wanita tujuan hidupnya adalah mengurus rumah tangganya dan banyak hal lainnya.

Namun, pengalaman hidup saya mengajarkan bahwa setiap manusia setara antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan porsinya, sehingga perempuan pun berhak untuk mendapatkan Pendidikan terbaik dalam hidupnya. bahkan ajaran agama itu kan mengatakan bahwa pergi menuntut ilmu sama halnya dengan berjihad.

Jadi, kita tidak perlu takut dan dipusingkan dengan stereotip yang menyudutkan perempuan, karena pandangan-pandangan tersebut seringkali muncul dari orang-orang yang merasa insecure dengan dirinya sendiri sehingga menekan perempuan agar dirinya tidak terlihat ‘kalah’ oleh perempuan.

Saya percaya, wanita itu harus pintar karena ibu yang pintar tentu akan sangat berguna bagi keluarganya terutama anak-anaknya. Karena bagi anak, ibu adalah madrasah pertamanya. Alhamdulillah, semenjak saya memutuskan untuk berubah dan fokus pada pengembangan diri saya, orang-orang dengan mindset yang sama terus berdatangan dan memotivasi saya hingga saya bisa sampai ke titik ini.

Apa ada tips untuk tetap semangat melanjutkan pendidikan? Seperti apa tipsnya agar bisa tembus beasiswa ke luar negeri?

Dini Tiara Sasmi (Foto : dok. pribadi)

Tips untuk tetap semangat melanjutkan pendidikan barangkali akan terdengar klise, namun buat saya adalah kita harus benar-benar mencintai apa yang kita lakukan. Dari dulu saya memang senang belajar, membaca, serta travelling. Sehingga momen belajar ini bukan seperti kewajiban bagi saya melainkan liburan menyenangkan dan momen melepaskan sejenak dari rutinitas sehari-hari sebagai dosen. Seperti konsep Jepang “Ikigai” yang menghubungkan antara passion dengan profession, maka ketika kita benar-benar mencintai apa yang kita kerjakan, saya percaya disana kita bisa sukses. Motto saya “Work for your life, but more importantly work with what you really passion about, once you do, you will doing great”.

Sedangkan trik agar bisa tembus beasiswa luar negeri adalah persiapan yang sangat matang. Jadi, tidak hanya mempersiapkan aplikasi dan persyaratan saja, namun juga mental. Karena beasiswa luar negeri terutama Fulbright memakan waktu yang lama dan ada banyak tahap yang harus dilalui. Selain itu, cari juga orang yang sudah pernah mendapatkan beasiswa tersebut sebelumnya, dan minta pendapat mereka untuk mereview aplikasi kita.

Selanjutnya, barangkali berdoa dan cari support system yang akan mendorong kita untuk terus maju. Ini juga sangat penting, karena seringkali ketika kita dikelilingi orang dengan visi dan misi yang sama, maka mimpi yang kita kejar lebih mudah untuk terwujud.

Apa pesan yang bisa Anda berikan untuk orang yang ingin mengejar mimpi-mimpinya?

Ketika kamu dihadapkan dalam pilihan antara pilihan yang memberikan “rasa nyaman” atau pilihan yang memberikan “rasa takut”, maka selalu pilih pilhan kedua, yaitu pilihan yang memberikan rasa takut. Karena “growth happens in the intersection of discomfort and vulnerability”.

Kalau kamu ingin mewujudkan mimpimu, kamu harus siap dengan rasa tidak nyaman, dan rasa takut, karena di situlah kamu akan bertumbuh. Seperti kupu-kupu yang akan keluar dari kepompongnya, ternyata semakin keras kepompong semakin kuat sayap kupu-kupu tersebut. Jadi jangan takut untuk mengalahkan rasa takut dalam mengejar mimpimu!

So, mari wujudkan mimpi-mimpimu  dari sekarang.**

Related posts