KataKata.id – Kasus terkonfimasi Covid-19 di Riau belakangan ini trendnya makin menurun. meski kasus cenderung turun Pemerintah Provinsi Riau terus berupaya melakukan langkah strategis untuk meredam angka kasus Covid-19.
Namun dari perkembangan trend kasus tersebut, ada sisi yang luput dari perhatian kita. selama ini kita hanya melihat satuan tugas mengumumkan kasus perharinya dan para pemangku kebijakan yang memutuskan kebijakan yang tepat dalam penanganan Pandemi Covid-19, tenaga kesehatan yang selalu menjadi garda terdepan menangani pasien Covid-19 dan para pengamat Epidemiologi yang saban hari menerangkan varian virus covid-19 yang terus muncul dengan nama yang berbeda – beda.
Sisi yang ingin saya ceritakan adalah cerita relawan pemakaman jenazah Covid-19. relawan pemakaman ini juga termasuk orang yang rentan terpapar. tetapi seorang relawan adalah orang yang tulus dan ikhlas menghibahkan dirinya untuk memakamkan jenazah pasien Covid-19. kita juga mengetahui bahwa menjadi relawan itu merupakan panggilan kemanusiaan.
Suardi namanya. sejak awal pandemi Covid-19 menular ke Riau. dia sudah mendaftarkan dirinya menjadi relawan pemakaman jenazah. ada suka dan dukanya ketika dia melakoni pekerjaan itu.
“Ada Suka dan dukanya menjadi relawan itu. sukanya, karena saya dahulu memang suka dengan kegiatan – kegiatan sosial dan pada dasarnya saya memang sudah lama terjun menjadi relawan,” kata Suardi saat bercerita melalui sambungan seluler, Senin (26/7/2021)
“Dukanya sih ketika ada pihak keluarga yang tidak menerima kalau keluarganya terpapar Covid-19. gara – gara itu proses pemulasaraan jenazah dan pemakaman jenazah terganggu dan terlambat untuk dimakamkan,” ujarnya.
Bagi Suardi bekerja sebagai relawan pemakaman jenazah adalah sebagai ladang amal dan panggilan kemanusiaan. menjadi relawan sejak Mei 2020 awal – awal pandemi Covid-19 masuk ke Riau.
Suardi bersama rekan-rekannya tidak hanya melakukan pemakaman jenazah tetapi juga melakukan evakuasi jenazah.
Menjadi relawan tentu ada kesulitan yang pernah dialami seperti kurang Alat Pelindung Diri yang sehari – hari melekat ditubuh sang relawan.
“Kesulitannya kami sering mengalami kekurangan APD. selain itu tekanan menghadapi pihak keluarga almarhum yang menolak untuk dimakamkan sesuai dengan protokol pemakaman jenazah Covid-19. belum lagi sering dapat panggilan telepon ketika dini hari pada saat – saat jam istirahat,” tutur Suardi.
“Dukanya ya terkadang kan sering dapat panggilan ketika di malam hari dan dini hari pas jam istirahat. tetapi ya mau tidak mau kita harus memakamkan jenazah. itu yang menjadi duka bagi relawan – relawan yang bekerja di lapangan,” sambungnya.
Ada rasa bahagia yang dia rasakan ketika berhasil menyelesaikan tugas dan menunaikan amanah yang diberikan dalam hal melakukan proses pemakaman jenazah Covid-19
“Bekerja dengan panggilan kemanusiaan seperti ini apalagi memakamkan jenazah setidaknya bisa menjadi pengingat bagi kita yang masih hidup di atas dunia. sebaik – baik nasihat adalah kematian,” cerita Suardi.
Dirinya memiliki prinsip bahwa tugas tetaplah tugas karena kita sudah mengazamkan diri untuk menjadi relawan maka tugas harus diselesaikan dengan tuntas.
Karena menurutnya, tugas ini adalah kehormatan dan panggilan kemanusiaan.
Motto hidupnya yaitu bekerja adalah motivasi hidup.
Penulis : Rasid Ahmad