Poltracking Indonesia: Tren Elektabilitas Pasangan Capres Anies-Muhaimin Cenderung Stagnan

Katakata.id – Poltracking Indonesia menyelenggarakan survei nasional dengan pengambilan data lapangan dilakukan pada tanggal 29 November – 5 Desember 2023 dengan menggunakan metode stratified multistage random sampling. Sampel pada survei ini adalah 1220 responden dengan margin of error +/- 2.9% pada tingkat kepercayaan 95%.

Maksud dan tujuan dari survei ini adalah untuk mengukur peta kekuatan elektoral calon presiden (capres), calon wakil presiden (cawapres), partai politik, dan melihat pergerakan pemilih pasca tahapan masa kampanye Pilpres dilaksanakan.

Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR dalam temuan pokok dan analisis hasil survei ini dapat dijelaskan sebagaimana berikut: Simulasi Surat Suara 3 nama Calon Presiden – Wakil Presiden yang telah  ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka memperoleh elektabilitas (45.2%), diikuti pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo – Mahfud MD (27.3%), dan pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (23.1%).

“Tren elektabilitas ketiga pasangan Calon Presiden – Wakil Presiden, Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar cenderung stagnan, pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka cenderung naik, dan pasangan Ganjar Pranowo – Mahfud MD cenderung turun,” kata Hanta.

Kemudian ia memaparkan bahwa elektabilitas pasangan Calon Presiden – Wakil Presiden, tidak jauh berbeda dengan tren simulasi Calon Presiden tunggal, Anies Baswedan yang mengalami fluktuatif yang sempat naik di akhir 2022, dan turun pada pertengahan 2023, kembali naik pada September 2023, dan kini mengalami sedikit penurunan dari November ke Desember 2023 sebesar (1.3%).

“Sedangkan elektabilitas Prabowo Subianto yang mengalami penurunan pada awal tahun 2023, setelah itu Prabowo Subianto terus mengalami kenaikan. Kenaikan terakhir dari November  ke Desember 2023 sebesar (5.0%). Sedangkan Ganjar Pranowo yang sempat turun di pertengahan tahun 2023, kembali naik di Juli dan September 2023, dan kembali mengalami penurunan. Penurunan Ganjar Pranowo dari November ke Desember 2023 (2.8%),” paparnya.

Tren kenaikan dan penurunan elektabilitas pasangan Calon Presiden – Wakil Presiden disebabkan multi faktor. Salah satu yang cukup mempengaruhi yakni Jokowi’s Effect, pergerakan pemilih yang puas terhadap pemerintahan Joko Widodo dan pergerakan pemilih Joko Widodo 2019.

Hanta mengungkapkan tingkat kepuasan terhadap Pemerintahan Joko Widodo mengalami tren kenaikan. Publik yang puas tersebut sebaran pilihan Calon Presiden – Wakil Presidennya mengalami pergeseran.

“Publik yang merasa puas pilihannya kepada Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka mengalami tren kenaikan, dan kenaikan dari November ke Desember 2023 sebesar (8.2%). Sedangkan berbanding terbalik dengan pilihan kepada Ganjar Pranowo – Mahfud MD yang mengalami tren penurunan, dan penurunan dari November ke Desember 2023 (4.2%),” ungkapnya.

Sementara pilihan kepada Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar, kata dia, lebih fluktuatif, dan mengalami penurunan pada November ke Desember 2023 (3.3%). Sementara publik yang tidak puas (17.6%), pilihannya lebih tinggi kepada Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar, pilihan publik yang merasa tidak puas tersebut mengalami tren kenaikan, kenaikan dari November – Desember 2023 (6.8%).

“Sedangkan pilihan kepada Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sempat naik di November, namun mengalami penurunan dari November ke Desember 2023 (5.1%),” lanjutnya.

Hanta mengatakan, sementara pilihan terhadap Ganjar Pranowo – Mahfud MD juga mengalami penurunan, dari November ke Desember 2023 turun sedikit (0.9%).

Kenaikan dan penurunan juga dipengaruhi oleh pergerakan elektabilitas kandidat di tiga provinsi besar di Pulau Jawa, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

“Di Jawa Barat, pasangan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar yang sempat naik pada November, namun mengalami penurunan pada Desember 2023 dengan penurunan (9.7%). Sedangkan pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sempat turun di November, namun mengalami kenaikan pada Desember 2023 (18.1%),” jelasnya.

Sementara pasangan Ganjar Pranowo – Mahfud MD, lanjutnya, sempat naik pada November, namun mengalami penurunan pada Desember 2023 (7.7%). Sedangkan di Jawa Tengah, pasangan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar sempat naik pada November, namun mengalami penurunan di Desember 2023 (4.8%). Sedangkan pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka mengalami tren kenaikan dari November hingga Desember, kenaikan di Desember 2023 (3.1%).

“Sementara pasangan Ganjar Pranowo – Mahfud MD sempat mengalami penurunan di November, sedangkan di Desember naik tipis (1.2%). Di Provinsi Jawa Timur, pasangan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar mengalami tren naik, kenaikan tipis dari November ke Desember 2023 (1.6%),” jelas Hanta.

Pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka juga mengalami tren kenaikan sejak November hingga Desember, kenaikan di Desember (4.4%). Sedangkan pasangan Ganjar Pranowo – Mahfud MD sempat naik sedikit pada November, dan turun pada Desember 2023 (6.1%).

 Dalam hasil surveinya, Hanta menyampaikan bahwa Pemilih Joko Widodo – Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 juga mengalami tren pergeseran pilihan Calon Presiden – Wakil Presiden. Pemilih Joko Widodo – Ma’ruf Amin yang memilih Ganjar Pranowo – Mahfud MD mengalami tren penurunan dari September hingga Desember.

“Penurunan dari November ke Desember 2023 (4.0%). Sedangkan yang memilih Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka mengalami tren kenaikan, dari November ke Desember 2023 mengalami kenaikan (8.1%),” terangnya.

Ia menambahkan, sementara yang memilih Anies Baswedan – Muhaimin naik pada November namun sedikit turun di Desember, dengan penurunan (0.4%).

Angka tren elektabilitas terbaru, membuka skenario satu putaran makin membesar dan skenario dua putaran makin mengecil.

“Hal itu terlihat dari tren elektabilitas Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka yang mengalami kenaikan hingga menyentuh angka 45 persen di awal Desember ini,” sebut Direktur Poltracking Indonesia itu.

“Sementara elektabilitas Ganjar Pranowo – Mahfud MD cenderung mengalami penurunan sejak November hingga awal Desember. Di sisi lain, tren Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar masih stagnan di bawah 25 persen,” tambahnya.

Namun, jika skenario dua putaran terjadi, menurut Hanta, akan menjadi kontestasi sengit antar Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo – Mahfud MD, sedangkan pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka hampir pasti maju ke putaran kedua.

“Sengitnya kontestasi Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar tak lepas dari jarak elektabilitas keduanya makin mengecil, bahkan jika melihat tren kedua pasangan tersebut, ada potensi cross karena Ganjar Pranowo – Mahfud MD cenderung turun dan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar pernah naik dan saat ini stagnan,” ujarnya.

Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar akan maju ke putaran kedua jika mampu mendapatkan momentum untuk menaikan tren elektabilitas, sedangkan Ganjar Pranowo – Mahfud MD akan masuk putaran kedua jika mampu rebound. Jika skenario dua putaran, pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka relatif unggul dengan semua kandidat.

Pada simulasi Surat Suara partai politik, PDI Perjuangan memperoleh elektabilitas (22.2%), diikuti Partai Gerindra (18.3%), Partai Golkar (9.8%), PKB (9.4%), Partai NasDem (8.5%), Partai Demokrat (5.8%), PKS (5.1%), PAN (4.5%), PPP (3.4%), dan Perindo (1.5%).

“Sementara partai politik lainnya masih di bawah 1 persen. Partai politik yang memiliki elektabilitas di atas 1.5% berpotensi masuk ke parlemen,” kata Hanta.

Menurutnya, faktor kerja-kerja mesin politik partai  politik dan pergerakan para Calon Anggota Legislatifnya pada masa kampanye akan sangat menentukan lolos atau tidak sebuah partai politik ke parlemen.

Angka swing voters (32.6%) dan undecided voters (6.7%) jika dijumlahkan masih cukup tinggi yang tersebar ke ketiga pasangan Calon Presiden – Wakil Presiden. Sehingga peta politik akan masih sangat dinamis hingga hari pemilihan nantinya.

“Ditambah kandidat akan melewati berbagai tahapan Pemilu yakni kampanye dan debat kandidat yang berpotensi mampu mempengaruhi konstelasi,” tambah Hanta.

Ia mengatakan Temuan ini merupakan potret terbaru dari survei yang dilakukan pada 29 November hingga 5 Desember 2023.

“Berbagai kemungkinan masih berpotensi terjadi, tergantung isu dan konstelasi kandidat jelang hari pemilihan pada 14 Februari 2024 nanti,” pungkas Hanta.

(Rilis/***)

Related posts