Usia tak muda lagi dan pernah operasi lutut, mendaki gunung adalah kegemarannya

KataKata.id – Usia Asep Wicaksono Hadi tidak lagi muda. di usia yang tidak muda itu ia merupakan pendaki gunung yang luar biasa. Semangatnya mampu mengalahkan anak – anak muda yang memiliki hoby seperti dirinya. Kegiatan mendaki gunung untuk seusianya penuh resiko dan tantangan baik itu soal fisik, tenaga dan pikiran. Bagaimana seorang Asep mampu mendaki beberapa gunung tertinggi di Indonesia itu bukanlah sesuatu yang mudah tetapi penuh dengan perjuangan dan semangat yang tinggi dan membara.

Ketika ia mulai menyukai kegiatan mendaki gunung jika dilihat secara fisik lututnya itu pernah di operasi. tetapi itu tidak menyurutkan semangatnya untuk menjalani proses mendaki gunung. berbagai gunung di Indonesia pernah ia jejali dan sampai pada puncak gunung itu.

Ada makna yang luar biasa ia rasakan ketika mendaki gunung yakni tentang filosofi kehidupan.

Menurut Asep, gunung dan alam itu jujur. tidak ada kemunafikan disana. ya, filosofi kejujuran itu sangat terasa sekali maknanya ketika mendaki gunung. Berkali – kali mendaki gunung selalu ada makna dan arti yang tersirat bagaimana kita memaknai kehidupan.

Kenapa di usia yang tidak muda baru tertarik kegiatan seperti ini?

“Saya mendaki gunung sejak dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA). namun dengan peralatan dan perlengkapan seadanya waktu itu. gunung yang pertama dan sering di daki saat itu hanya gunung Gede dan gunung Pangrango,” ujar Asep.

Baginya peralatan mendaki gunung mesti ada dan lengkap. Agar setiap mendaki kita merasa nyaman dan aman. faktor keselamatan adalah hal utama.

di usia yang tidak lagi muda itu ia berhasil  mendaki beberapa gunung terkenal di Indonesia.

“Gunung yang saya sudah daki itu yakni  gunung talang di Sumatera Barat, Marapi di sumatera Barat dan puncak sumatera gunung kerinci. di luar sumatera, puncak jawa gunung semeru, gunung dempo dan gunung merbabu,” terangnya.

Ia tidak hanya sekadar mendaki gunung. Mendaki lalu turun dari puncak gunung. Tidak hanya itu. di dalam benaknya ia juga memiliki cita – cita terhadap Gunung yang ada di Indonesia.

“Cita-citanya untuk gunung adalah gunung itu mesti dikelola dengan baik dan terorganisir. bersih dari tumpukan sampah, ada fasilitas ibadahnya ketika kita ingin sholat. Selain itu penting rasanya memberikan edukasi yang baik kepada para pendaki yang ingin naik gunung,” ujarnya bercerita.

“Gunung harus bersih dan harus ada fasilitas toiletnya. tidak boleh kita buang sampah dan buang hajat sembarangan karena itu akan menjadi limbah dan mencemari  gunung dan hutan. bayangkan jika setiap pendaki membuang tinja dan sampah 250 gram saja sehari, jika sebulan gunung itu didaki 1 juta orang maka sebulan akan ada limbah dan sampah sebanyak 250 ton. tentu kita tidak mau begitu,” ulasnya.

“Saya kira saat ini kita perlu kampanye. kampanye bagaimana gunung itu harus bebas limbah dan sampah. ini kan bagian dari kampanye melestarikan lingkungan pegunungan juga,” ungkapnya.

“Jadi semua Gunung di Indonesia harus memiliki manajemen pengelolaan atau daur ulang Limbah dan Sampah. agar ke depan alam di gunung itu tetap terjaga dan lestari,” ujar Asep.

Ketika gunung terkelola dengan baik maka otomatis kita juga menjaga kelestarian alam dan gunung.

Selain di Indonesia ternyata dirinya juga memiliki cita – cita ingin menjejali dan mendaki gunung Everest Bascamp di luar negeri.

Namun karena pandemi mulai menjangkiti dan menular di negara nepal. semua rencana buyar dan tertunda menuju ke sana.

“Padahal persiapan sudah lama pada waktu itu. mulai dari persiapan fisik, alat dan tiket pun sudah dipesan, namun karena pandemi ya terpaksa di tunda. April tahun 2020 itu rencananya akan menjejali Everest Base Camp, tetapi karena pandemi dan Nepal lockdown, keinginan jadi tertunda,” tutup Asep.

Penulis : Rasid Ahmad

Related posts