Oleh: Rizky Arif Afandi MA
Katakata.id – Tim peneliti yang terbentuk dari skema Peneliti Muda Universitas Bangka Belitung (UBB) melakukan observasi lapangan di sekitaran Pantai Matras, Sungailiat, Bangka dari tanggal 7 sampai dengan 7 Juli 2023.
Tim peneliti yang terdiri dari Rizky Arif Afandi, M.A, selaku ketua dan Robing, M.I.Kom., sebagai anggota dan didampingi dua mahasiswa UBB, Kevin dan Dina, menuju ke Pantai Matras untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari pengamatan bagaimana interaksi salam pembuka dan penutup yang diujarkan oleh pedagang disekitaran Pantai Matras terhadap pembeli atau pengunjung disana.
Pengumpulan data ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi ragam kesantuan sesuai dengan teori Brown dan Levinson (1987) dan teori Fox (2005) yang menyebutkan bahwa kesantunan bisa terdiri dari 3 kategori utama yakni; (1) tidak sopan, informal; (2) cukup sopan, semi formal, dan (3) sopan, formal.
Tujuan dari penelitian ini sendiri tercipta karena ada satu temuan bahwa Belum adanya pemetaan tingkatan kesantunan yang dijabarkan antara pedagang dan pengunjung Pantai Matras. Kemudian, dari konsep kesantunan ini, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan keberagaman kesantuan yang diterapkan pedagang dalam memberi salam dan mengucapkan terimakasih kepada pengunjung pantai. Rumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah bagaimana keberagaman tingkatan kesantunan dalam tindak tutur langsung antara pedagang dan pengunjung Pantai Matras.
Didalam penelitian ini, sumber data utama diperoleh dari closed observation (obeservasi mendalam) terhadapa pedagang dan pengunjung yang melakukan interaksi di sekitaran Pantai Matras.
Sebelum beranjak ke penjabaran hasil penelitian yang didapat, perlu diketahui beberapa hal terkait konsep kesantunan. Kesantunan yang akan dikaji terkait interaksi antar pedagang dan pengunjung pantai Matras adalah kesantunan yang tersampaikan melalui tindak tutur illocutionary atau tindak tutur langsung yang terkandung dalam salam dan penutup. Salam dan penutup yang diujarkan pedagang mengandung keberagaman kesantunan tersendiri yang penggunaaanya akan beragam tergantung dengan siapa pedagang berinteraksi.
Kepentingan telaah keragaman kesantunan ini terkait erat dengan nilai jual suatu pedagang dengan memberikan satisfactory experience – kepuasan pelayanan yang dirasakan pembeli, sehingga pamor pariwisata di Pantai Matras akan meningkat jika pengunjungnya merasa dilayani sebaik dan sesopan mungkin.
Terkait hal kesantunan dan budaya yang dibawa masyarakat Bangka, penelitan sebelumnya mengungkapkan bahwa masyarakat Bangka yang tersusun atas beragam budaya (multicultural) cenderung menunjukkan sikap hormat pada orang yang memiliki jabatan dan orang yang lebih tua (Rizk, 2003).
Kemudian, penelitian lainnya mengungkapkan bahwa adanya keramah-tamahan dan kerendahan hati dalam bercakap-cakap pada masyarakat Bangka menggambarkan cara berkomunikasi masyarakat Bangka yang cenderung mengedepankan kesopanan (Alfattah, 2009). Lebih lanjut, masyarakat Bangka juga menghindari konflik dan suka memberikan pujian atau sanjungan dalam berinteraksi (El Samaty, 2005). Beberapa penelitian ini memberi tanda bahwa masyarakat Bangka telah mempraktikan komunikasi positif dengan mengedepankan kenyamanan lawan bicara. Akan tetapi, dari pengamatan sekilas keadaan sekitar pantai Matras, terlihat adanya penurunan pengunjung dan transaksi pembelian ke pedangang-pedagang disana. Hal ini meminbulkan beberapa pertanyaan pokok yang menjadi landasan penelitian kali ini mengenai apakah ada pengaruh keberagaman kesantuan didalam interaksi pedagang dan pengunjung atau disebabkan faktor lain diluar kebahasaan. Keberagaman kesantunan ini belum dibahas pada penelitian-penelitian sebelumnya terkait kebahasaan dan budaya Masyarakat Bangka, khususnya pedagang pesisir Pantai Matras.
Penelitian kali ini yang berfokus pada keberagaman kesantunan akan menggunakan grand theory Brown dan Levinson mengenai Politeness Strategy, sehingga nantinya akan terpetakan macam-macam kesantunan yang terjadi. Fokus penelitian akan kesantunan dilandasi akan kepentingan peningkatan sektor pariwisata Pantai Matras, yang mana ada sebuah asumsi bahwa semakin baik pelayanan yang tergambar dari kesopanan, maka semakin banyak pengunjung yang akan datang.
Selanjutnya, diketahui bahwa penelitian ini berhasil mengungkapkan keragaman kesantunan antara pedagang dan pembeli di Pantai Matras dengan total data sebanyak 20 data dari 20 pedagang di Pantai Matras. Hasilnya, keragaman kesantunan ditemukan dalam tiap tingkatan. Dalam konteks ungkapan pembuka (openings), ditemukan tuturan dengan tingkat kesantunan yang sopan (polite) sebanyak 5, cukup sopan (semi-polite) sebanyak 11, dan tidak sopan (impolite) sebanyak 4. Dari total 20 data, ada 3 data yang mewakili ungkapan pembuka (openings) yang ditampilkan. Pada data yang dikategorikan sebagai sopan (polite), penggunaan kata sapaan ’Dek’ dan pertanyaan yang terstruktur menjadi fokus.
Sedangkan data lain yang dikategorikan sebagai tidak sopan (impolite) diakibatkan oleh kurangnya respons verbal dan nonverbal. Pada data yang dikategorikan sebagai cukup sopan (semi-polite), penggunaan candaan lah yang mengurangi ancaman pada ‘wajah’ pembeli. Sementara dalam data lain yang ditemukan, data yang dikategorikan sebagai sopan (polite) ditonjolkan melalui respons yang ramah dan penuh penghargaan terhadap ujaran terima kasih dari pembeli, sedangkan beberapa data lain menunjukkan kurangnya kesantunan melalui ketidakresponsifan dan perintah “lanjut”.
Berdasarkan analisis data di atas, dapat diamati bahwa penggunaan kata sapaan, respons terhadap pertanyaan atau ujaran, serta respon nonverbal seperti anggukan atau senyuman mempunyai peran vital dalam menentukan tingkat kesantunan dalam interaksi antara pedagang dan pembeli di Pantai Matras. Lebih jauh, penggunaan strategi kesantunan yang sesuai dengan norma budaya juga tak kalah pentingnya dalam membangun hubungan yang baik antara pedagang dan pembeli.
Dari penjabaran hasil penelitian ini, masih ditemukan ungkapan-ungkapan baik dalam salam pembuka atau salam penutup yang tergolong tidak sopan (impolite). Tentu, ini menjadi catatan tersendiri akan faktor penunjang peningkatan jumlah wisatawan ke Pantai Matras. Diharapkan, dari hasil penelitian ini juga, akan ada seminar atau pelatihan public speaking terhadap para pedagang Pantai Matras untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pengunjung di sekitaran Pantai Matras.
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada LPPM UBB yang telah mendukung pendanaan penelitian melalui skema Peneliti Muda (PM) dan juga berterimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat yang terdiri dari tim penelitian, para pedagang pantai matras dan para dosen di lingkungan FISIP yang telah memberikan masukan terkait dengan jalannya penelitian ini. (***)