Katakata.id – Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Bangka Belitung (UBB) yang terdiri dari M. Aries Taufiq, M.Pd., Dosen Program Studi Sastra Inggris, dan Herza, M.A., Dosen Program Studi Sosiologi, melakukan penelitian atau riset berkenaan dengan implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Bangka Barat. Penelitian ini fokus pada bagaimana penerapan GLS di tiga sekolah menengah atas di Bangka Barat, yakni SMA N 1 Kelapa, SMA N 1 Jebus, dan MAN 1 Muntok.
Ada beberapa alasan mengapa kedua Dosen FISIP UBB, M. Aries Taufiq dan Herza ini tertarik melakukan penelitian dengan topik GLS pada tahun 2024 ini. Pertama, persoalan literasi pada siswa, khususnya siswa di sekolah menengah atas dinilai penting oleh negara untuk concern digenjot melalui berbagai program, salah satunya program GLS yang dicetus sejak tahun 2015 yang lalu. Kedua, mengkaji secara ilmiah program pemerintah yang berkenaan dengan literasi dinilai peneliti merupakan bagian dari proses evaluasi ilmiah yang urgent untuk perbaikan penerapan program tersebut ke depannya. Ketiga, peneliti menyadari bahwa penelitian tentang implementasi GLS di level Sekolah Menengah Atas di Bangka Belitung belum banyak dilakukan, terkhusus di Bangka Barat.
“Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia tahun 2015 lalu menerbitkan Peraturan Menteri No. 23/2015 tentang pembentukan karakter sebagai landasan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Berdasarkan penelusuran kami bahwa di beberapa daerah di Indonesia ternyata sudah banyak peneliti melakukan riset terkait implementasi GLS tersebut,” ucap M. Aries Taufiq kepada wartawan, Senin, 07 Oktober 2024.
“Hasil riset para peneliti sebelumnya menujukkan kecenderungan bahwa GLS telah meningkatkan literasi siswa, salah satunya dalam hal membaca, meski masih di bawah skor rata-rata Programme for International Student Asessment (PISA). Nah, kami ingin melihat secara ilmiah bagaimana penerapan GLS ini dalam konteks di Bangka Belitung, khususnya Bangka Barat,” tambah M. Aries Taufiq.
Data dari Pusat Penelitian dan Kebijakan Kemendikbud (2017) juga menunjukkan bahwa GLS berhasil meningkatkan frekuensi membaca siswa sebanyak 30% di beberapa sekolah yang menerapkan program ini dengan baik, namun demikian aktivitas literasi di seluruh provinsi di Indonesia juga belum memuaskan.
“Lantas, bagaimana dengan dinamika di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kalau kita ingin berbicara spesifik terkait GLS maupun literasi di provinsi ini?” ungkap M. Aries Taufiq.
Penelitian dengan pendekatan Kualitatif yang melibatkan beberapa mahasiswa dalam proses pengumpulan data di lapangan ini menemukan beberapa hal penting. Adapun temuannya, dapat dikatakan bahwa penerapan GLS sudah dilaksanakan dengan cukup efektif di tiga sekolah yang menjadi objek dalam penelitian ini.
Aries Taufiq dan Herza mengungkapkan bahwa, ada beberapa kegiatan yang dirancang oleh pihak sekolah untuk mendukung pelaksanaan program GLS,yakni mendirikan pojok baca di setiap kelas, membudayakan membaca 15 menit sebelum memulai pelajaran, melakukan kunjungan serta sosialisasi pustaka secara berkala, dan mengadakan berbagai jenis lomba literasi.
Adapun fasilitas yang disediakan pihak sekolah dalam realisasi GLS, yakni adanya buku, kursi dan meja untuk sudut baca, perpustakaan, majalah dinding
“Secara general, hasilnya hampir sama terkait penerapan GLS di tiga sekolah menengah atas di Bangka Barat yang menjadi objek dari penelitian ini. Intinya sudah ada upaya konkret untuk menerapkan GLS sesuai Amanah dari Permendikbud nomor 23 tahun 2015,” ucap Herza.
“Hanya saja, ada sedikit persoalan jika dipotret dari sisi para siswa, yakni ketika diinterview, cukup banyak dari mereka menjawab, tidak begitu mengetahui dan memahami berkenaan dengan program GLS tersebut. Artinya, menjadi catatan penting untuk sekolah agar lebih detail dalam sosialisasi ke para siswa terkait GLS ini,” tambahnya.
Adapun secara umum yang menjadi hambatan dalam implementasi GLS di SMA N 1 Kelapa, SMA N 1 Jebus, dan MAN 1 Muntok adalah masih rendahnya minat baca siswa, keterbatasan sumber bacaan yang disediakan pihak sekolah, masih kurangnya durasi waktu yang disediakan pihak sekolah untuk siswa membaca, serta inkonsistensi dalam pelaksanaan program GLS.
Penelitian yang diketuai oleh M. Aries Taufiq ini didanai langsung oleh pihak universitas melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) pada tahun 2024, dengan turut melibatkan mahasiswa dalam proses pengumpulan data di lapangan. Adapun mahasiswa/wi yang terlibat dalam peneltian adalah Cindya Risma Oktavia, Jong Li Fa, dan Shifa. Ketiganya adalah mahasiswi dari Program Studi Sastra Inggris. (Rls)