Katakata.id – Politeknik Caltex Riau (PCR) kembali menggelar kegiatan Grand Open House BK Fair, Selasa (26/11/2024). Adapun tema yang diangkat pada BK Fair 2024 adalah Tantangan dan kesempatan pendidikan di era saat ini. Lebih dari 200 peserta ikut dalam kegiatan ini, mulai dari siswa, wali murid dan juga guru dari beberapa sekolah di Provinsi Riau. Kegiatan ini berlangsung di Hall Gedung Serba Guna PCR.
Direktur Politeknik Caltex Riau diwakili Maksum Rois Adin Saf S.Kom., M.Eng . menyampaikan, kegiatan bagi guru-guru BK ini rutin diadakan di PCR, sejak 2014. Ia berharap kerja sama PCR dengan guru-guru BK SMA/SMK di Riau dan di provinsi sekitar bisa terus terjalin. PCR dan guru-guru BK bisa saling membantu, saling melengkapi sehingga masing-masing tujuan bisa dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Menurut Maksum, tema BK Fair 2024 ini sangat sesuai dengan kebutuhan yang ada hari ini. Artinya, guru-guru BK menghadapinya bukan sekadar siswa yang polos, tetapi mungkin siswa yang sudah punya asisten. Maksudnya, siswa yang punya gadget (gawai), tetapi di dalamnya ada kecerdasan buatan yang bisa menginspirasi mereka.
Asisten yang dimaksud Maksum itu adalah asisten virtual. Ia lalu mempraktikkan penggunaan aplikasi asisten di gawainya, bagaimana kecerdasan buatan itu memberikan solusi atas permasalahan yang ditanyakan.
“Era digital bukan sekadar era yang sederhana, tapi bagaimana berbagai teknologi sudah tersedia. Teknologi itu alat yang bisa membantu, tetapi juga bisa disalahgunakan. Semoga kita nanti bisa mendapatkan banyak insight bagaimana tantangan dan kesempatan pendidikan untuk memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anak kita di era digital saat ini,” ulas Maksum.
BK Fair 2024 menghadirkan narasumber Dr Muhammad Faisal, Pendiri Youth Laboratory Indonesia. Dalam sesi materi yang dimoderatori oleh Edi Tri Prayitno S.I.Kom., M.I.Kom. Pada kesempatan ini, Faisal memaparkan lahirnya generasi-generasi dengan sebutannya masing-masing. Seperti generasi Baby Boomers, Generasi X, Y, Z, maupun generasi Alpha hari ini.
Faisal juga menyinggung generasi hari ini yang dilabeli generasi cemas, sehingga menghadirkan generasi Fomo (Fear of Missing Out) yang menggambarkan rasa takut merasa tertinggal karena tidak mengikuti aktivitas tertentu, dan setelahnya juga hadir YOLO (You Only Live Once) untuk menggambarkan orang yang memanfaatkan setiap kesempatan demi menikmati hidup.
Selain itu, Faisal menyebut buka beberapa ciri generasi muda hari ini. Aatara lain Lipstick Effect, di mana saat ekonomi sedang tidak baik tapi anak mudanya gemar belanja. Kemudian anak-anak muda juga mudah stres dan memiliki kecenderungan mudah bosan.
“Upaya awal yang harus dilakukan adalah membangun kesadaran anak muda untuk mandiri berpikir, memecahkan masalah, yang kemudian menghasilkan kegigihan. Tidak langsung down atau lari saat menghadapi masalah,” ujarnya.
Kemudian, tantangan lain di era ini adalah kecerdasan buatan (AI/Artificial Intelligence) yang fase hari ini memasuki fase ketiga dan diprediksi akan segera memasuki fase ke empat. Fase ketiga saja AI sudah pintar, sudah bisa memberi keputusan.
“Nah, ruang untuk inovasi ada di mana? Kemungkinan inovasi di era ini adalah orang yang bisa memiliki pemahaman mendalam. Anak muda sekarang mudah terdisktrasi. Sehingga perlu dibentuk kemampuan atensi atas sesuatu untuk durasi yang lama, agar tidak mudah teralihkan,” terang Faisal.
Terkait kehidupan di sekolah dan peran orangtua, menurut Faisal orangtua hari ini menggunakan pendekatan helicopter parenting. Di mana pengawasan orang tua seperti helikopter, sering ikut campur memecahkan masalah anak-anak mereka.
Pada kegiatan ini, PCR juga berkolaborasi bersama stasiun belajar memberikan pelatihan mulai dari bagaimana untuk menjadi seorang konten kreator dan design game. Selain itu, PCR turut memberikan wawasan kepada para Guru BK terkait bagaimana pemanfaatan Artificial Intellegence (AI) yang disampaikan oleh staf pengajar dari Program Studi Magister Terapan Teknik Komputer Ananda, Ph.D. (Rls)