Katakata.id – Indikator Politik Indonesia merilis hasi survei nasional bertajuk Dinamika Elektoral di tingkat Nasional dan 13 Provinsi Kunci. Survei indikator ini digelar dari 30 Desember 2023 hingga 6 Januari 2024.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Prof Burhanuddin Muhtadi menyampaikan bahwa berdasarkan hasil survei mengenai kinerja presiden mayoritas warga cukup atau sangat puas atas kinerjanya.
“Kinerja Joko Widodo sebagai presiden 76,5 persen,” kata Burhan.
Terkait pilihan partai, ia menyampaikan PDIP paling banyak dipilih. PDIP paling banyak dipilih 20 persen, Kemudian Gerindra 18,1 persen, Golkar 11,2 persen, PKB 9,1 persen, Nasdem 6,9 persen, PKS 6,2 persen, Demokrat 4,6 persen, PAN 4,2 persen dan sekitar 13,2 persen belum memilih partai.
Burhan menyebut sekitar 21,4 persen pemilih partai saat ini merupakan pemilih lemah yakni yang masih besar kemungkinan merubah pilihannya. Jika dilihat menurut basis partai, Partai Gerindra, PKS, Nasdem, Golkar itu paling solid pemilihnya.
Jika dilihat dari Tren Basis Partai, ia mengatakan PDIP trennya menurun dalam dua bulan terakhir, Gerindra, Golkar dan PKB cenderung menguat. Sementara partai lain cenderung stagnan.
Untuk top of mind pilihan presiden, Prabowo berada pada posisi teratas.
“Prabowo paling banyak disebut 41,4 persen, Kemudian Anies 23,2 persen, dan Ganjar 20,6 persen,” ungkapnya.
Artinya, kata dia, Prabowo dan Anies menguat sementara Ganjar stagnan.
Terkait simulasi 3 pasangan, pasangan capres dan cawapres Prabowo-Gibran unggul signifikan dari Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud.
“Diakhir tahun 2023, Prabowo-Gibran trendnya menguat, Anies-Muhaimin relatif stagnan dan Ganjar-Mahfud cenderung menurun,” kata Burhan.
Jika ditanyakan siapa Paslon yang lebih didukung Jokowi? berdasarkan hasil survei Indikator politik Indonesia adalah pasangan Prabowo-Gibran.
“Prabowo-Gibran adalah Capres dan Cawapres yang lebih didukung oleh Jokowi sebesar 71,3 persen,” ujar Burhan.
Pada kelompok yang menyaksikan debat Capres beberapa waktu lalu, ia menyebut dukungan Prabowo – Gibran lebih tinggi.
Pada hasil survei pilihan partai, Burhan menjelaskan PDIP hingga sejauh ini masih paling besar meraih dukungan pemilih. Kemudian Gerindra di posisi kedua dengan selisih yang ketat, sekitar 2% pada simulasi lambang partai, dan sekitar 4% pada simulasi surat suara. PDIP dan Gerindra yang berada pada rentang dukungan 17-22%, merupakan dua partai papan atas yang hingga sejauh ini cukup lebar berjarak dengan partai lain.
“Pada kelas kedua, ada Golkar dan PKB yang masing-masing tidak berbeda antara simulasi lambang dan simulasi surat suara. Selisih antara Golkar dan PKB kurang lebih sekitar 2%. Golkar dan PKB berada pada rentang dukungan 9-11%,” jelasnya.
Sementara, di kelas ketiga, dijelaskannya, ada NasDem, PKS, Demokrat dan PAN pada rentang suara 4-7%. Masing-masing dukungannya juga tidak berbeda antara simulasi lambang partai dan simulasi surat suara.
“Dan kelas terakhir terutama PPP dan PSI, yang hingga sejauh ini masih belum mencapai angka threshold 4%. Dinamika terhadap dukungan partai tampak lebih banyak dialami oleh dua partai papan atas, PDIP dan Gerindra. Fluktuasi dukungan terhadap PDIP memiliki tren yang menurun sejak awal 2020. Sementara Gerindra berfluktuasi dengan tren menurun hingga 2022, namun sepanjang 2023 trennya meningkat,” jelasnya.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia itu juga menyampaikan bahwa Partai lain yang berfluktuasi cukup lebar yaitu Partai Demokrat. Paling tidak sejak pertengahan 2021 hingga 2022, Demokrat cukup stabil dekat dengan kisaran 10%, tapi sepanjang tahun 2023 Demokrat memiliki tren yang menurun dan saat ini berada di posisi yang dekat dengan threshold 4%.
“Golkar dan PKB memiliki tren yang meningkat landai sepanjang 2023. NasDem rata-rata dukungan sepanjang 2023 tampak lebih baik ketimbang tahun-tahun sebelumnya, PKS cenderung stagnan sepanjang 2023, PAN sejak pertengahan 2023 konsisten di atas angka threshold 4%, dan PPP tampak masih kesulitan untuk kembali melampaui angka threshold 4%,” ungkapnya.
Menurut Burhan,PDIP lebih kuat pada kelompok usia paling tua, etnis Jawa dan Batak, kelompok non Muslim, pendidikan rendah, kalangan petani dan buruh, terutama di wilayah Jateng-DIY, Bali, NTT, Sulawesi Utara dan Maluku-Papua.
“Sementara Gerindra lebih kuat pada generasi muda, etnis Sunda, Betawi, Melayu dan Bugis, kalangan buruh, di perkotaan, terutama di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Timur,” demikian kata Burhan.
(Rls/RA)