Katakata.id – Indonesia adalah negara yang kaya akan tradisi dan atraksi budaya. Setiap daerah di bumi khatulistiwa ini memiliki tradisi khas masing-masing yang menyita perhatian warga lain, bahkan warga negara asing.
Tradisi yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia biasanya juga melibatkan hewan peliharaan mereka. Contoh tradisi yang melibatkan hewan peliharaan yaitu, karapan sapi di Madura Jawa Timur, Adu Bagong di Jawa Barat, Makepung Lampit di Bali, Pacu Jawi di Sumatera Barat, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ada satu hal tradisi yang cukup unik beredar belakangan ini yakni sampo ayam yang terdapat di daerah Sumbawa Barat. Sampo ayam ini merupakan sejenis perlombaan ayam, tapi berbeda dengan sabung ayam. Perlombaan ini dilakukan dengan cara berlari.
Proses pelaksanaan tradisi ini yakni dengan dua ekor ayam disatukan dengan rotan atau yang disebut dengan noga. Kemudian orang yang ada di belakang ayam bertugas menggiring ayam dan sambil membawa pecutan kecil yang disebut Lutar.
Lutar ini terbuat dari rotan yang ujungnya diberi rumbai-rumbai dari plastik. Fungsi dari lotar ini yaitu untuk memukul-mukul bokong ayam agar si ayam larinya cepat dan menuju ke titik finish. Layaknya perlombaan pada manusia, di perlombaan ayam atau sampo ayam juga dipandu seorang wasit.
Si ayam ini dikatakan berhasil mencapai finish saat rotan yang menghubungkan dua ayam tadi berhasil mengenai saka yang sudah ditentukan. Sampo ayam berlangsung sangat meriah. Para penonton memberikan sorakan ramai saat peserta mulai berlari dan menggiring ayam mereka.
Tradisi ini sebelumnya sempat berhenti, namun akhirnya dibangkitkan lagi. Masyarakat mulai menyelenggarakan tradisi sampo ayam ini kembali.
“Ya memang tradisi dari nenek moyang dulu, kemarin kalau ndak salah ada 10 tahun puluhan tahun ada sempat berhenti waktu ka nenek moyang kami, sehingga akhirnya dibangkitkan kembali,” tutur Johanis selaku panitia sampo ayam di Sumbawa Barat, mengutip dari Youtube tvOneNews, Sabtu, 12 Februari 2022.
Hadiah dari perlombaan karapan ayam atau sampo ayam ini bahkan sama seperti hadiah untuk karapan kerbau. Di tradisi sampo ayam ini ada beberapa tahapan.
“Biayanya murah, hadiahnya sama seperti karapan kerbau. Makanya di sini kalau karapan ayam ada tiga tahap yang ditempuh, lari pertama namanya lari bintang yang diambil dari juara satu sampai juara tiga untuk tiap kelas dari kelas satu sampai kelas enam.”, ujar Johanis.
“Tradisi sampo ayam ini memang sudah lama sebenarnya dan tradisi ini juga sebagai motif untuk meningkatkan daya beli dari si ayam ini. Semakin sering ayam ini memenangkan sampo ayam, maka semakin tinggi juga nilai jualnya,” kata Pengurus Lembaga Adat Tana Samawa, Sumbawa Barat, Roy Marhandra.
“Itu sebenarnya tradisi yang sudah lama sebenarnya sampo ayam, itu salah satu motif juga untuk meningkatkan daya beli dari ayam ini sebenarnya. Ketika ayam yang akan disampo ini dibawa ke suatu medan, maka di situ akan dilihat mana pasangan ayam yang jago. Maka ketika ayam yang jago itu selalu memenangkan pertandingan, maka Samawa,” terang Roy.
Tradisi sampo ayam memang sempat berhenti dan mulai bangkit lagi sekitar tahun 90-an dan saat ini tradisi itu diteruskan oleh para pemuda yang ada di Sumbawa Barat.
“Nah, baru terangkat kembali sekitar tahun 90-an gitu yang coba digarap oleh pemuda-pemuda yang ada di sumbawa barat,” kata Roy Marshandra. (***)
Editor: Rasid Ahmad