Katakata.id – Kunjungan Kapolresta Barelang menemui korban penyerangan kampung di Pulau Rempang, Jumat (20/12/2024) hanyalah sekadar gimik pihak kepolisian. Pasalnya tindakan brutal yang terjadi di Pulau Rempang pada 18 Desember 2024 merupakan akibat dari pembiaran yang dilakukan oleh pihak kepolisian itu sendiri. Jika polisi secara sungguh melindungi dan memberikan rasa aman terhadap masyarakat Pulau Rempang, penyerangan oleh puluhan karyawan PT MEG tidak akan pernah terjadi.
Andri Alatas, Direktur YLBHI-LBH Pekanbaru mengatakan kunjungan Kapolresta Barelang hanyalah gimik seakan menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat Pulau Rempang. Jika kepolisian benar peduli tindakan premanisme oleh PT MEG tidak terjadi berulang kali di Pulau Rempang. Apalagi di lokasi kejadian sudah ada 6 polisi dari Polsek Galang sebelum kedatangan truk yang mengangkut puluhan karyawan PT MEG tersebut.
“Sebenarnya di lokasi kejadian sudah ada polisi. Namun mereka membiarkan puluhan karyawan PT MEG menyerang masyarakat Sembulang Hulu dan sekitar. Tidak ada upaya untuk melindungi masyarakat atau menghentikan tindakan brutal tersebut. Satu kata pun tidak terucap untuk menghentikan penyerangan. Lebih parahnya pengeroyokan terhadap korban luka berat yang hingga saat ini masih dirawat secara intensif di rumah sakit, terjadi tepat di hadapan anggota polisi berpakaian dinas,” ujar Andri.
Sopandi, kuasa hukum korban penyerangan menguatkan terjadinya pembiaran yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Menurutnya, kepolisian tidak hanya membiarkan pengeroyokan terhadap Zakaria, mereka bahkan sangat abai terhadap kondisi Zakaria pasca pengeroyokan. “Pertama, polisi seakan tidak mau mengotori tangannya untuk mengangkat Zakaria yang bersimbah darah agar dapat dibawa ke rumah sakit terdekat. Pihak kepolisian menyuruh salah satu masyarakat untuk mengangkat Zakaria ke mobil polisi. Kedua, polisi yang membawa Zakaria tidak memberikan informasi ke mana Zakaria dibawa. Masyarakat harus mencari tahu sendiri ke mana Zakaria dibawa,” kata Sopandi.
Awalnya polisi mengatakan Zakaria dibawa ke RS Khusus Infeksi (RSKI), namun setelah beberapa jam kemudian baru diketahui bahwa Zakaria dibawa ke RS Embung Fatimah. Itu pun setelah masyarakat kembali menanyakan di mana posisi Zakaria sekitar pukul 02.30 WIB. Ketiga, kata Sopandi, polisi hanya sekedar mengantarkan Zakaria ke RS Embung Fatimah tanpa menjelaskan identitas dan kondisi korban. Akibatnya Zakaria tidak mendapat tindakan medis karena menurut keterangan dokter, RS Embung Fatimah tidak memiliki alat CT-Scan. Untungnya Tim Solidaritas Nasional Untuk Rempang datang ke RS Embung Fatimah sekitar pukul 4.30 WIB dan langsung membawa Zakaria ke RS Graha Hermine. Barulah di sana Zakaria mendapat tindakan medis.
“Gimik ini seharusnya tidak menghentikan proses hukum. Tindakan brutal yang dilakukan oleh PT MEG tidak terjadi sekali ini saja. Jika memang ada perhatian terhadap korban seperti yang disampaikan Kapolresta Barelang, maka harus dibuktikan dengan melakukan penegakan hukum secara serius dan tegas atas seluruh peristiwa intimidasi dan kekerasan yang dilakukan kepada masyarakat Rempang. Karena tindakan premanisme oleh PT MEG terjadi berulang kali karena adanya pembiaran oleh pihak kepolisian,” tutup Sopandi.
Even Sembiring, Direktur WALHI Riau menjelaskan kejadian dua hari lalu jelas merupakan tindakan yang brutal. Satu dari delapan korban merupakan anak di bawah umur. Lebih parahnya ia diancam dibunuh menggunakan parang tepat di hadapan ayah kandungnya. Bahkan dugaan upaya pembunuhan tersebut telah dilakukan dengan melayangkan parang ke arah anak di bawah umur tersebut. Untungnya anak tersebut langsung dipeluk oleh ayahnya hingga nyawa anak tersebut dapat terselamatkan. Selain itu, salah satu orang lansia juga ditodong menggunakan sebilah parang tepat di lehernya.
“Tindakan premanisme yang berulang kali dilakukan oleh karyawan PT MEG sudah menjadi alasan kuat untuk menghentikan PSN Rempang Eco-City. Belum saja mereka beroperasi sudah banyak masyarakat Pulau Rempang yang menjadi korban kekerasan. Bahkan tidak hanya orang dewasa, kelompok rentan seperti anak dan lansia turut menjadi korban atas kejadian brutal tersebut. Apakah kita harus menunggu jatuhnya korban nyawa dulu agar Presiden mau menghentikan PSN Rempang Eco-City?,” tutup Even. (Rls)