Katakata.id – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Riau menggelar Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH) VII pada 23–25 Oktober 2025 di Pekanbaru. Forum yang menjadi ajang pengambilan keputusan tertinggi di tingkat daerah ini menghasilkan sejumlah keputusan strategis, termasuk terpilihnya Eko Yunanda sebagai Direktur Eksekutif Daerah WALHI Riau periode 2025–2029.
PDLH merupakan momentum penting bagi seluruh komponen WALHI Riau untuk membahas dan mengesahkan pertanggungjawaban pengurus Eksekutif Daerah dan Dewan Daerah periode sebelumnya. Selain itu, forum ini juga mengevaluasi capaian organisasi, merumuskan arah program strategis ke depan, dan memilih kepemimpinan baru untuk empat tahun mendatang.
Pembukaan forum diawali dengan dua diskusi publik bertema “Riau dalam Transisi Energi untuk Keadilan Iklim dan Pelestarian Ekosistem” serta “Ada Noda di Bajumu: Rangkaian Dosa Ekologis Perusahaan HTI di Tanah Riau.”
Acara dibuka secara resmi oleh Direktur Eksekutif Nasional WALHI, Boy Jerry Even Sembiring, yang juga merupakan Direktur WALHI Riau periode 2021–2025. Dalam sambutannya, Boy menegaskan bahwa industri ekstraktif seperti pertambangan, perkebunan kayu, dan kelapa sawit masih menjadi sumber utama kerusakan ekologis di Riau.
“Mengingat banyaknya persoalan sosial ekologis yang terjadi, kami berharap PDLH kali ini menjadi momentum reflektif guna membangun gerakan rakyat yang lebih kuat dalam melindungi lingkungan hidup dan hak-hak rakyat,” ujar Boy.
Forum yang berlangsung hingga malam penutupan pada 25 Oktober 2025 diikuti oleh 12 organisasi anggota WALHI Riau sebagai peserta penuh serta perwakilan anggota kultural dan undangan lainnya sebagai peserta peninjau.
Dalam sidang pleno terakhir, forum secara resmi mendemisionerkan pengurus WALHI Riau periode 2021–2025 dan mengesahkan kepengurusan baru. Selain memilih Eko Yunanda sebagai Direktur Eksekutif Daerah, forum juga menetapkan lima anggota Dewan Daerah WALHI Riau melalui proses pemungutan suara, yakni Kunni Masrohanti, Andri Alatas, Jay Jasmi, Darwis Jon Viker, dan Emi Andriati.
Dalam pidato perdananya, Eko Yunanda menegaskan komitmennya untuk memperkuat peran WALHI Riau sebagai rumah gerakan rakyat dan ruang aman bagi pejuang lingkungan hidup serta hak asasi manusia.
“Ruang kelola rakyat semakin sempit digerus korporasi, sementara hubungan mesra pemerintah dan korporasi membuat rakyat menjadi korban. WALHI Riau akan terus berjuang bersama petani, nelayan, buruh, perempuan, dan anak muda melawan korporasi ekstraktif,” tegas Eko.
Eko juga menekankan pentingnya transparansi dan inklusivitas dalam menjalankan organisasi agar WALHI Riau dapat menjadi wadah bersama bagi semua gerakan lingkungan hidup di Bumi Lancang Kuning.
Sementara itu, Jasmi, mewakili Dewan Daerah terpilih, menyampaikan bahwa fokus ke depan adalah penguatan kelembagaan dan kaderisasi di organisasi anggota. Ia juga menyinggung mandat nasional hasil PNLH XIV di Sumba yang mendorong pembentukan WALHI Kepulauan Riau sebagai bagian dari perluasan gerakan ekologis.
“WALHI Riau adalah rumah gerakan rakyat yang harus kita rawat dan jaga. Kita harus memastikan WALHI Riau terus berkontribusi mendorong pemulihan ekologis dan mengembalikan mandat negara dalam memenuhi hak-hak rakyat,” ujarnya.
Jasmi menutup dengan ajakan kepada seluruh komponen WALHI Riau untuk menjaga solidaritas, memperkuat kerja kolaboratif, dan bersama-sama melanjutkan gerakan pulihkan Riau serta mewujudkan keadilan ekologis.(Rls/RA)

